Story (Pinus pantai)

Hari ini kamu pergi sendirian ke sebuah pantai yang sepi. Kamu pergi tanpa pamit kepada satu orang pun. Kamu hanya membawa pakaian yang melekat di tubuhmu, dan melaju membawa sepeda motormu dengan kecepatan tinggi. Kamu memang benar-benar ingin ke suatu tempat yang tidak ada seorang pun di situ. Bagaimana bisa? Lalu kamu memilih pantai itu.

Sepanjang jalan kamu hanya menangis. Cahaya matahari pagi tidak mampu mengeringkan pipimu dari derasnya tangisan itu. Kamu sebenarnya tidak fokus berkendara saat itu. Kamu hampir keluar jalur, dan hampir mengira sebuah mobil berhenti padahal ia melaju ke arahmu.

Akhirnya kamu tiba satu jam kemudian. Kamu belum pernah ke tempat ini sebelumnya. Tapi hatimu membawamu ke sini. Dan kamu lantas duduk di pasir yang begitu putih, mendengar suara ombak yang tidak begitu keras.

Kamu tidak mungkin berpikir akan menenggelamkan diri di laut. Kamu hanya mungkin berpikiran tentangku. Kemudian tentang bagaimana aku membunuhmu secara perlahan lewat cara-caraku menghindarimu bertahun-tahun. Meskipun ini dunia nyata, bukan dunia bayang-bayang di sebuah fiksi, tapi segalanya mungkin terjadi. Kamu menangis lagi. Tubuhmu sedikit bergetar.

Di sekelilingmu hanya pepohonan pinus pantai. Di cakrawala tidak ada apa-apa. Seekor burung pun tidak mendekat kepadamu. Suasana begitu sepi. Tapi kamu mendengar suaraku entah dari mana. Suara yang terus saja memburu jantungmu; membekap mulutmu; merobek-robek kulitmu. Suaraku adalah suara dirimu sendiri.

Atau kamu pernah mencintaku sebelumnya? Semenjak kita bertemu mengelilingi api unggun beberapa tahun yang lalu. Wajahmu selalu merah ketika kutatap. Aku pernah bermimpi bertemu gadis yang memiliki sayap. Ia terbang di atas rumahku dan menungguku bangun. Tapi aku selalu terbangun tanpa pernah melihatnya dalam keadaan sadar. Mimpi yang membuatku gelisah itu sirna saat pertemuan kita.

Kini kamu tidak tahu, apakah kamu sedang marah, benci, atau tidak lagi memiliki emosi. Yang jelas kamu sedang sendirian, menangis, dan jauh dariku.

Masukan Emailmu Untuk Menjadi Visitor Premium Abida Massi

0 Response to "Story (Pinus pantai)"

Post a Comment