Memangnya Kenapa Kalau Kita Introver?

Bersifat memendam rasa dan pikiran sendiri dan tidak mengungkapkannya kepada orang lain. Demikian arti introver dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berdasarkan arti tersebut, bisa kita katakan bahwa introver adalah suatu sifat yang mana ia menjadi watak atau ciri khas yang melekat pada seseorang.

Jika para ahli membagi sifat manusia menjadi tiga: introver, ekstrover, dan ambivert, maka masing-masing memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Kita bahas introver saja, ya.

Roni Kurniawan Pratama, seorang peneliti pendidikan literasi, menulis di situs basabasi.co mengenai kehidupan Hans Bague (H.B.) Jassin. Kita yang gemar pada sastra tentu tidak asing dengan H.B. Jassin. Beliau merupakan tokoh legenda di ranah kesusastraan Indonesia. Beliau terkenal karena ketekunan dalam mengumpulkan karya-karya sastrawan Indonesia pada masanya. Berkat itu, dokumen sastra Indonesia (novel, cerpen, puisi, dan esai kritik sastra), banyak terdokumentasi dengan baik. Dan semua itu terabadikan dalam Pusat Dokumentasi H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Apa yang menarik dari H.B. Jassin? Menurut Roni, Jassin pernah menyatakan di hadapan publik bahwa proses kreatifnya dan minatnya yang kuat pada sastra karena dipengaruhi oleh kehidupannya semasa kecil. Jassin adalah seorang anak dari Ayah yang memiliki watak yang keras dan disiplin yang kuat. Jassin dididik dengan cara “otoriter”, sehingga ruang lingkup permainannya hanya sampai selasar rumah. “Karena itu,” tulis Roni, “berdampak pada perkembangan psikologi Jassin beberapa tahun kemudian: kerap meletup-letup tanda menyeruak daya kreativitasnya dalam menulis.”

Kekuatannya dalam menulis berbanding terbalik dalam kemampuan berbicara, terutama di depan orang banyak. Ia tampak layu ketika dipaksa untuk menyatakan pendapatnya secara verbal. Tentu saja ini salah satu ciri dari seorang yang introver. Apakah itu membuatnya jatuh? Tidak. Sama sekali tidak. Justru itu membuat dirinya menonjol sebagai orang yang cerdas dan kritis. Meskipun itu dilakukan pada media tulisan.

Apakah banyak yang mencemooh H.B. Jassin? Pasti dan jumlahnya banyak. Apalagi saat Jassin banyak melakukan kritikan dan pembelaan pada karya-karya sastra dari sastrawan-sastrawan pendahulunya maupun yang seangkatan dengannya. Itu semua malah makin membuat namanya melesat.

Adalah hal yang biasa bagi orang yang hebat disebabkan oleh tantangan kehidupannya di masa lalu. Bukankah kita selalu percaya kedewasaan tumbuh bersama dengan derita?

Selain itu, tidak selalu orang-orang yang tergolong ekstrover memiliki peluang lebih banyak untuk sukses dan diakui kemampuannya. Memangnya siapa di balik kesukseskan si ekstrover itu? Kita yakin ada orang-orang introver. Begitu pula siapakah di balik kematangan H.B. Jassin demi memajukan sastra Indonesia yang masih berusia muda itu? Pasti ada banyak orang-orang ekstrover, baik itu yang mengkritisinya atau pun yang mendorongnya dari berbagai arah.

Akhir kata, kalau pun kita hanya bisa mengungkapkan perasaan dan pikiran kita lewat tulisan (puisi atau cerita), memangnya kenapa?

Masukan Emailmu Untuk Menjadi Visitor Premium Abida Massi

0 Response to "Memangnya Kenapa Kalau Kita Introver?"

Post a Comment