Sebuah Kisah yang Tak Ada Solusi


Saya menyadari bahwa segalanya kini telah berbeda. Apa yang saya kenang-kenang adalah bagian dari pikiran tentang masa lalu yang tak mungkin terulang. Saya juga tidak sedang menipu diri sendiri, segalanya hanya mimpi, mimpi yang tak mungkin menjadi nyata.

Saat orang-orang di sekitar saya bertanya, saya akan menjawab dengan senyuman lebar dan kalimat aku baik-baik saja. Saya bisa saja mendeklarasikan kepada dunia bahwa yang telah berlalu biarkanlah berlalu.

Saya bisa saja mengutip-ngutip quote entah siapa yang mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja seiring waktu berjalan. Saya juga bisa saja menyanyikan lagu-lagu tentang sebuah kisah klasik untuk menutupi semua yang terjadi.

Saya bukannya sedang menipu diri sendiri. Apalagi menyiksa diri sendiri. Jika Engkau bertanya, apa yang saya inginkan, pastinya saya ingin kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya. Saya sudah lelah dengan segala harapan palsu yang terus bertahta dalam kepala.

Sudah jauh sekali kaki ini melangkah ke atas bukit yang lebih tinggi, untuk sekedar melihat sebuah bulan yang penuh harapan.

Mengapa hati manusia tak bisa terprogram seperti komputer, yang bisa dengan mudah menghapus semua kenangan hanya dengan satu kali menekan tombol saja?

Terkadang terbersit pertanyaan dalam benak saya. Mengapa manusia sedemikian rumitnya? Mengapa hati dan logika seringkali tak bisa sejalan? Mengapa otak manusia tidak didesain seperti komputer saja?

Di komputer, saya bisa memilih dan memilah data mana yang saya butuhkan dan mana yang harus saya buang. Hanya dengan menekan satu dua tombol saja saya bisa menghapus seluruh memori-memori sampah yang tak berguna. Mengapa pikiran saya tak bisa demikian?

Masukan Emailmu Untuk Menjadi Visitor Premium Abida Massi

0 Response to "Sebuah Kisah yang Tak Ada Solusi"

Post a Comment